East Java Invasion 2: Meet The Natural Beauty



"der, cepetan lah gue ga nahan nih" teriak raymond
"iye bentar napa gue juga lagi nanggung" sahut derry

Kira-kira seperti itu lah teriakan mereka yang membangunkan gue dari tidur yang melelapkan. Raymond yang sudah tidak kuat untuk melakukan 'setor' di pagi hari itu melancarkan serangan umum kepada derry.
"preeeet, buaam doooor cesssstttttttttt" kira-kira seperti itulah gambaran dari peperangan di kamar hotel. Gue yang tidak tahu menahu dan merasakan imbasnya dari kebauan yang busuk tidak berdiam diri, dengan segera melakukan serangan balik. Raymond yang sudah kehabisan 'amunisi' bertekuk lutut tak berdaya di hadapan gue. Tiba-tiba suara liar muncul dari kamar mandi.

"bray airnya habis.....(pake efek dramatis)" kata derry 
"ya nyalain aja kerannya bray gampang" cetus raymond
"udah .. tapi gada airnya ... sorry" jawab derry polos yang memang sudah sekalian mandi tadi
"apaaaaa ?!! gue mandi gimana ?!" teriak gue sewot
"hmmmm ya .. gausah mandi aja" jawab derry polos (lagi)
"........................"
"tetep ganteng kok" kata derry coba hibur gue sama raymond

Akhirnya gue dan raymond bersiap untuk melanjutkan perjalanan tanpa mandi pada pagi hari itu. Setelah check out dari kamar short time itu kami kan melakukan sesi pemotretan untuk dokumentasi. Pagi ini kita akan menuju Bromo sebagai destinasi kita, tapi sebelum itu kita harus menuju kota Probolinggo dulu. Dengan adanya raymond sebagai Humas mudah bagi kita mendapatkan informasi untuk menuju terminal bus Purabaya. Bus yang akan menuju terminal itu pun tiba, kita pun bergegas untuk memasuki bus. Di jalan yang kita lalui, gue secara pribadi salut pada kota besar ke 2 di Indonesia ini begitu bersih dan sangat hijau banyak taman-taman di tengah kota, selain itu gue melihat pak polisi yang begitu 'total' dalam bekerja guna memperlancar arus kendaraan yang memang cukup padat karena sedang jam sibuk. Tak terasa kita pun tiba di terminal Purabaya dan segera bertukar bis dengan tujuan Probolinggo. 2 jam perjalanan lagi kita akan sampai ke Probolinggo, dengan pak supir bis yang konon merupakan saudara dari pembalap kondang F1 dapat dipastikan bakal sangat cepat untuk segera sampai ke tujuan. Benar saja kita dengan segera sudah sampai Probolinggo. Gue pun langsung menelpon pak maksum yang akan mengurusi kita dalam transportasi ke Bromo dan penginapan. Pak maksum yang sudah pengalaman dalam hal seperti itu langsung segera memberangkatkan kita ke Bromo namun dia tidak bisa ikut ke Bromo karena sedang jadi kontraktor ruko (info ga penting). 






Suasana yang cukup gelap menyambut kita di Bromo, karena memang embun dan kabut yang begitu tebal membuat jarak penglihatan hanya beberapa meter. Kita pun yang baru nyampe langsung nge'bolang' cari spot untuk foto, tapi karena kabut yang tebal foto pun terasa kurang maksimal. Hari itu pun kita habiskan dengan cara main 'gapleh' dan istirahat untuk melanjutkan wisata esok hari jam 3 dini hari.

banyaknya kabut, kurang maksimal*

"triiiiiiingg ... tralala .... trilili ....." suara alarm bunyi dengan kencangnya
Jam menunjukan pukul 02.30 dini hari, dimana kita harus bersiap untuk melihat sunrise. Gue yang memang belum mandi dari kemarin bertekad harus mandi jam segini. Air yang dingin (banget) menyambut gue di kamar mandi. Kamar mandi pun sontak menjadi gaduh bak arena konser band metal, setiap satu dayung suara adzan satu kampung terlampaui. Memang harus teriak-teriak biar tak terasa dinginnya air pegunungan. Setelah kita sudah rapi dan ganteng, kita langsung keluar untuk masuk ke mobil jeep yang akan kita tumpangi ke lokasi melihat sunrise. 2 orang 'bule' masuk ke rombongan, kita pun menyambut mereka dengan senyuman hangat khas Indonesia. Derek dan Mchcah (gatau namanya susah) tiba dari Polandia untuk mengunjungi keindahan gunung Bromo. Memang bila dilihat banyak turis asing dari segala penjuru dunia datang ke Indonesia merupakan keuntungan tersendiri bagi ekonomi masyarakat kita tapi masih banyaknya 'oknum' yang sering menipu maupun menaikan harga terhadap para turis masih banyak dijumpai. Tak hanya turis asing kita pun yang asli orang Indonesia telah bertubi-tubi terkena serangan para 'oknum' yang tak bertanggung jawab.

sunrise* 

begitu banyak orang yang penasaran terhadap bromo*

bersama derek dan kawannya*



Setelah melihat sunrise kita kembali turun ke bawah untuk mendaki gunung bromo yang terlihat sangat 'cetek' dan mudah, Dengan kesombongan kita yang sangat tinggi, kita pun dibuat tak berdaya oleh tanjakan maut dari gunung ini, gue yang sudah hampir kehabisan napas memaksakan agar sampai ke puncak. Akhirnya dengan segala upaya kita pun berhasil sampai puncak gunung bromo. Langit yang cerah dan sangat biru ini sangat memungkinkan kita mengambil gambar sebanyak-banyaknya. Setelah semua usai, kita pun harus kembali ke penginapan dan segera melanjutkan perjalanan ke Batu, Malang.

pemandangan dari puncak bromo*

keindahan gunung batok*



Panas yang terik menyambut kita setibanya sampai di Probolinggo. Dengan keadaan yang sangat capek kita harus beraksi kembali. Terlihat dari kejauhan, besi tua yang berkarat berjalan menghampiri kita. Ya itulah bis yang akan membawa kita ke kota kembangaan Aremania, yaitu kota malang. Perjalanan yang cukup jauh harus ditempuh kita, namun kita tetap bersemangat demi acara liburan ini. Perjalanan ke kota malang gue nikmatin dengan keadaan tidak sadarkan diri. Kondisi tubuh yang memang kurang fit ditambah bangun jam 3 dan mendaki gunung bromo membuat gue sempat hilang semangat untuk mencapai malang. Tapi melihat perjuangan selama ini gue tetap berusaha memberikan yang terbaik dalam acara ini (apasih). 

Dengan keadaan yang setengah sadar kita akhirnya sampai di kota Malang. Tapi yang mengkhawatirkan adalah perjalanan kita belum berakhir, tujuan kita Batu, masih sekitar 2 jam-an lagi ditambah kita gak tau bagaimana caranya agar sampai di Batu. Sekali lagi kita mengerahkan Humas kita raymond untuk menanyakan cara ke Batu. Dia pun segera tanya ke ibu-ibu penjual makanan (makelar angkot), supir taksi, dan bapak-bapak petugas terminal, dengan hasil sebagai berikut:

Pakai taksi : 100.000
(di)Sewa(in) angkot : 100.000
Pakai angkot : 5000

Dari data tadi sudah dapat dipastikan kita akan menggunakan angkot sebagai moda transportasi menuju angkot karena memang keterbatasan dan yang membuat kita hidup prihatin di Jawa Timur ini. Setelah merasa hampir ditipu karena harganya yang gak masuk akal, kita pun semakin waspada terhadap kriminal seperti itu. Selang beberapa menit kemudian giliran mas-mas angkotnya yang mencoba menipu kita, namun kita yang sudah mulai ahli dalam membedakan tipu atau tidak dengan sigap kita katakan TIDAK pada mas-masnya.

Sebelum kita sampai alun-alun kota Batu ini, kita melakukan 3 kali pergantian angkot. Tapi semuanya itu terbayar dengan pijakan kaki kita di alun-alun ini. Keadaan yang sangat nyaman bagi pejalan kaki begitu terasa, tapi kita tidak boleh terlena oleh itu dulu karena tugas kita masih menyisakan satu hal, yaitu cari penginapan. Barang bawaan yang cukup berat, harus kita pikul dengan gigih. Apesnya setelah kita sudah berjalan cukup jauh kita nyasar entah kemana. Lemah, letih, lesu, itulah gambaran kita saat itu. Kita pun kembali ke alun-alun dan mencoba mencari kembali penginapan. Akhirnya kita dapat penginapan yang cukup terjangkau dengan harga 150.000 ribu, tak pikir panjang kita langsung mengambil kamar tersebut. Hari itu pun terasa begitu cepat karena kita sudah langsung tidak sadarkan diri begitu sampai ke kamar dan tak sabar untuk segera besok.

Bersambung .....

 *foto-foto tersebut merupakan foto pribadi milik Cupu Second Squad 
      
  

Penulis : tes ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel East Java Invasion 2: Meet The Natural Beauty ini dipublish oleh tes pada hari Friday, March 8, 2013. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan East Java Invasion 2: Meet The Natural Beauty
 

0 comments:

Post a Comment